Ketika kita membicarakan tentang masa depan Indonesia, yang ada di benak kita adalah generasi emas yang sehat, cerdas, dan mampu bersaing di kancah global. Namun, ada satu ancaman serius yang membayangi mimpi ini: stunting. Di balik angka-angka statistik yang sering kita abaikan, ada realita yang memilukan—dan kita harus menghadapi kenyataan ini dengan serius.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan, sekitar 24,4% anak balita di Indonesia mengalami stunting pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan perbaikan dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih jauh dari target yang diharapkan, yakni di bawah 14% pada tahun 2024. Apa artinya ini? Artinya, satu dari empat anak di negeri ini mengalami gangguan pertumbuhan yang berpotensi merusak masa depannya.
Stunting bukan hanya masalah pertumbuhan fisik. Ini adalah indikator yang lebih dalam tentang kekurangan gizi kronis, kurangnya akses ke makanan bergizi, dan pola asuh yang tidak optimal. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko lebih tinggi mengalami kesulitan belajar, memiliki IQ yang lebih rendah, serta rentan terhadap penyakit degeneratif seperti diabetes dan hipertensi di kemudian hari. Ini adalah bom waktu kesehatan yang harus dijinakkan sejak sekarang.
Kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja dalam masalah ini. Ini adalah hasil dari kombinasi faktor: kemiskinan, pendidikan orang tua yang rendah, kurangnya akses ke layanan kesehatan, hingga kebiasaan makan yang salah. Maka, solusinya pun harus holistik. Pemerintah memang sudah menggulirkan berbagai program, mulai dari pemberian makanan tambahan, peningkatan gizi ibu hamil, hingga kampanye edukasi tentang pola makan sehat. Namun, ini belum cukup jika tidak diimbangi dengan kesadaran kolektif dari seluruh lapisan masyarakat.
Orang tua harus lebih peka terhadap gizi anak, bukan hanya sekadar kenyang tetapi juga bergizi. Masyarakat harus didorong untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, terutama untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini. Lembaga pendidikan juga perlu berperan aktif dalam memberikan edukasi mengenai gizi dan kesehatan sejak usia dini.
Yang lebih penting lagi, kita perlu mengubah paradigma kita tentang makanan. Tidak semua yang mahal itu sehat, dan tidak semua yang murah itu buruk. Ikan, sayuran, dan buah-buahan lokal adalah contoh makanan yang bergizi tinggi dan mudah dijangkau. Di sinilah peran media juga sangat krusial untuk menyebarkan informasi yang benar dan menggugah kesadaran masyarakat.
Kita harus menyadari bahwa stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah masa depan bangsa. Ketika generasi penerus kita tidak tumbuh optimal, Indonesia akan kehilangan potensi besar untuk bersaing di kancah global. Oleh karena itu, menangani stunting harus menjadi prioritas bersama—karena masa depan Indonesia ada di tangan mereka yang sekarang masih tumbuh dan berkembang.
Mari kita bertindak sekarang, karena setiap detik yang kita lewatkan bisa menjadi masa depan yang hilang.
_________________
Penulis:
Kang Suci, A.Md.Akup., C.Ht
Tenaga Kesehatan dan Praktisi Chinese Medicine
Pingback: Cairan Vagina Berbau? Ini Penyebab dan Solusinya - Sehat Plus