Cairan vagina, atau yang sering disebut dengan keputihan, adalah bagian penting dari sistem reproduksi wanita yang sering kali kurang diperhatikan. Meskipun sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak nyaman, cairan ini memiliki peran yang sangat krusial dalam menjaga kesehatan wanita. Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 75% wanita akan mengalami perubahan pada hal ini setidaknya sekali dalam hidup mereka, yang menekankan betapa umum dan pentingnya pemahaman tentang hal ini.
Sebenarnya cairan ini memiliki beberapa fungsi vital, salah satunya adalah menjaga kebersihan dan keseimbangan mikroba di area genital. Cairan ini secara alami diproduksi oleh kelenjar di dalam vagina dan leher rahim, yang membantu mengeluarkan sel-sel mati dan bakteri dari tubuh. Proses ini merupakan mekanisme alami tubuh untuk mencegah infeksi dan iritasi. Cairan ini juga berperan dalam menjaga pH vagina tetap seimbang, yang berkisar antara 3,8 hingga 4,5, menciptakan lingkungan asam yang tidak ramah bagi pertumbuhan bakteri patogen.
Baca Juga: Cairan Vagina Berbau Tak Sedap? Ini Penyebab dan Solusinya.
Namun, tidak semua cairan vagina dianggap normal. Perubahan dalam konsistensi, warna, atau bau dapat menjadi indikasi adanya infeksi atau kondisi kesehatan lainnya. Misalnya, keputihan yang berwarna kuning kehijauan, berbau tajam, atau disertai gatal bisa jadi tanda infeksi bakteri atau jamur. Menurut penelitian dari Journal of Women’s Health, sekitar 30% wanita di usia reproduktif mengalami vaginosis bakteri, yang ditandai dengan perubahan cairan vagina.
Pentingnya pemahaman tentang hal ini tidak bisa dianggap remeh. Kesadaran akan perubahan dalam cairan ini dapat menjadi langkah awal dalam mendeteksi gangguan kesehatan. Oleh karena itu, setiap wanita sebaiknya memperhatikan dan memahami pola normal dari hal ini sendiri. Dengan begitu, mereka dapat mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perubahan yang tidak biasa, dan menjaga kesehatan reproduksi dengan lebih baik.